http://img132.imageshack.us/img132/4733/image13lj1.gif

Tugas Translate

Author: ariyanto /

Sangkar Burung dan Kloning Mesin:
Bagaimana Perumpamaan murid untuk berbicara kepada kita
tentang budaya budaya dari keikutsertaan pendidikan
murid yang diterima disekolah.

Ruth Leitch dan Stephanie Mitchell
Universitas Ratu Belfast, Inggris

Ringkasan
Dengan datangnya Konverensi Perserikatan Bangsa Bangsa pada Hak Hak Anak (CRC),
Disana ada suatu peningkatan bahwa persyaratan sekolah sekolah memastikan anak anak dan pandangan pandangan orang muda mempengaruhi, mendengarkan, dan mengambil serius hal hal yang berarti. Hukum memberi harapan kepada mereka untuk mengubah suatu hal, mengubah budaya disekolah sekolah yang lain. Untuk suatu perbandingan yang penting dari sekolah sekolah, dengan aktif melibatkan pengaruh pengaruh murid bagaimana mereka menempatkan pengalaman pendidikan yang berarti tantangan, disaat yang genting mungkin ada kesenjangan antara yang disertai retorik dan kesiapsiagaan sekolah untuk melibatkan murid asli. Pelajaran etnografi ini menjelaskan ketegangan yang berlangsung antara kepala sekolah, disertai pandangan pandangan bagaimana murid menilai dan murid terkesan kreatif dari pengalaman pendidikan utama yang diterima nyata disekolah. Jika budaya budaya dari pendidikan yang diterima disekolah adalah untuk memelihara semangat kebenaran dari keikutsertaan murid yang demokratis disiratkan oleh perubahan perubahan didalam hukum, ada suatu kebutuhan untuk mengembangkan proses proses asli dari perikatan murid dimana para murid dan staf dapat bekerja sama kearah pemahaman pemahaman yang dibagi bersama yang lebih besar untuk suatu prioritas prioritas sekolah.

Kata kunci: Pandangan berdasarkan metode, Hak hak murid, kebudayaan, budaya sekolah, pengaruh murid.

Pengaruh Siswa dan Konteks Hak Hak
Keikutsertaan murid dan gagasan demokrasi sekolah yang terkait adalah agenda kebijakan bidang pendidikan dari banyak Negara. Mengembangkan suatu etos yang parisipatif dengan budaya dari sekolah, dimana disana tidak hanya meningkatkan partisipasi murid tetapi juga berkonsultasi yang dibuktikan dengan berbagai cara didalam prakarsa prakarsa arus bidang pendidikan seperti dewan dewan sekolah, kewarganegaraan, social dan individu kurikulum pendidikan, dan pendekatan bersifat pendidikan seperti membuat pendidikan menurut selera. Di Inggris, pengembangan pengembangan seperti itu kearah suatu budaya, partisipasi telah betul betul didukung oleh tuntutan suatu hubungan antara memberi pengaruh murid dan meningkatkan efektifitas sekolah. Disusun berdasarkan keterangan (Rutter 1979, Mortimore 1988, Rudduck 1996, Rudduck & Flutter 2000).
Tunjukkan, dengan maksud proses berundingan yang aktif dengan murid, mungkin sekolah untuk meningkatkan efektifitas dari pelajaran individu dan kelompok, motivasi murid dan proses yang teratur, organisasi yang bersifat pendidikan.
Bagaimana pun penelitian seperti itu tidak pernah berjalan secara resmi yang dihubungkan dengan sangat mendesak kepada hak anak anak.

Tidak dapat dibantah, kerangka yang legislative dari hak hak anak (seperti makanan yang cukup, perlindungan, pelayanan kesehatan dan pendidikan) harus menjadi jalan yang paling penting didalam usaha usaha untuk meningkatkan demokrasi. Wewenang tunggal yang sangat penting dari perubahan yang tertulis bersama yang dikenal Perserikatan Bangsa Bangsa Konvensi Hak Hak Anak (PBB 1989). Diambil dari 1990, konvensi hak hak anak menandakan satu persetujuan internasional bahwa anak dan orang muda tidak hanya mempunyai tanggung jawab tetapi juga hak dan kebebasan.

Didalam artikel ini, implementasi prinsip prinsip dasar dari konvensi dan dengan acuan yang spesifik pada artikel 12 CRC akan diuji. Artikel 12 memberikan anak anak hak untuk menyatakan pandangan pandangan mereka: dengan bebas semua hal hal yang mempengaruhi anak, pandangan anak memberikan beban hak yang setara dengan umur dan kedewasaan anak tersebut. Hal ini menyiratkan bahwa anak yang bisa melakukan pembentukan pandangan mempunyai hak untuk menyatakan pandangan ini didalam semua hal yang mempengaruhi mereka dan orang dewasa akan aktif memfasilitasi proses ini tetapi juga memastikan bahwa pandangan mereka mempunyai dampak dan pengaruh yang sesuai. Kesimpulan itu bertanggung jawab untuk menilai pendidikan anak, dalam satu cara berkelanjutan, tingkat derajat dimana mereka sedang menciptakan budaya budaya dari persamaan dan pemasukan disekolah yang meyakinkan status dan hak anak sebagai warga Negara, dan khususnya perundingan mereka menjamin tentang keputusan keputusan yang mempengaruhi mereka.

Pembelajaran melibatkan jarak dasar murid dalam membuat pandangan visual yang menggambarkan tanpa persiapan lebih dulu, mengutamakan pendidikan yang diterima disekolah mereka yang aktif. Tanpa persiapan, sebagai lawan untuk menggambarkan secara nyata, digambarkan oleh Furth (1988) ketika menggambar yang dirangsang atau diinspirasi oleh tema yang berkesan tetapi tidak spesifik terhadap perihal yang ditetapkan. Pandangan visual, dibuat oleh murid yang menggunakan keduanya sebagai arti perkumpulan data mereka dan stimuli untuk memahami lebih banyak kedalam pribadi murid mengartikan pengalaman dan penafsiran budaya sekolah mereka melalui tindak lanjut riset. Pemikiran yang penting untuk menemani murid, pandangan visual dari sekolah mereka dua kali lipat bahwa mereka:

Tingkatan luas representasi data (Barone, 2001) melalui tambahan permohonan, tangkapan ekspresif murid, pengalaman kompleks dari sekolah termasuk visual, imajinasi, emosi, yang berhubungan dengan perasaan dan pemikiran (Eisner, 1991).
Penting didalamnya untuk tidak bisa mengatakan kebudayaan lisan yang lebih berorientasi pada metode riset (MacBeath, 2003). Dimensi yang tak terlukiskan dengan pengalaman sekolah.


Artikel ini kemudian digambarkan melalui suatu rangkaian dari sketsa sketsa kasus yang menggunakan metode berbasis gambaran dengan para murid:

Potensi celah antara sekolah mendukung demokrasi yang ideal sebagai ekspresi kepala sekolah dan pengalaman nyata murid.
Kiasan utama jarak pengalaman mereka terhadap kebudayaan sekolah mereka, bahwa pengalaman tidak mungkin boleh berartikulasi dengan mudah.

Budaya budaya sekolah: Suatu perspektif yang dinamis
Budaya sekolah, meskipun terkenal mengelak definisi, asosiasi yang paling sering menyeluruh karakter atau iklim sekolah, yang merapatkan social. Philips (1993). Definisi budaya sekolah sebagai kepercayaan kepercayaan, sikap sikap, dan perilaku perilaku yang menandai sekolah.
Bagaimanapun, Schein’s (1985) analisis budaya sekolah memasuki lebih lanjut, pertimbangannya adalah

asumsi tingkatan yang lebih dasar dan kepercayaan kepercayaan yang dibagi bersama oleh para anggota dari suatu organisasi, beroperasi tanpa disadari, menggambarkan suatu dasar ‘taken-for-granted’ tampilan organisasi atas pandangan diri sendiri dan lingkungannya.

Hubungan untuk perbaikan sekolah, budaya sekolah atau iklim sudah dipandang sebagai dampak produktifitas dan sukses dari para guru dan para murid (Pepper dan Hamilton Thomas 2002) dimana peran pemimpin itu sangat penting. Budaya sekolah, kemudian dapat dipandang tidak hanya sebagai suatu konstruksi secara sadar mengusahakan suatu posisi nilai sekolah seperti ditentukan oleh mereka yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan tetapi juga sebagai yang tidak terlihat, kolektif yang tidak bisa diamati memandu banyak aktifitas sekolah.

Budaya sekolah dan bagaimana itu berfungsi juga sangat dipengaruhi dengan apa yang murid bawa kesekolah tersebut melalui campuran dari berbagai macam ragam social mereka, adat, agama, akademis dan latar belakang kelas (Thrupp 1997). Singkatnya, murid yang menghadiri setiap sekolah terasa mereka yang menentukan didalamnya, pertunjukkan kolektif melalui kebudayaan murid membangkitkan diri mereka sendiri termasuk nilai nilai, kepercayaan kepercayaan, dan asumsi asumsi memperoleh ditempat atau bukan ditempat. Dibeberapa organisasi sekolah, budaya budaya murid saling berhubungan secara dinamis rekonstruksi budaya sekolah yang unik suatu persilangan pengalaman.

Bagaimana pun, budaya sekolah tidak bisa diperlakukan sebagai penembus persilangan satu sistim bidang pendidikan. Ditandai lebih teliti sebagai keistimewaan dan bersifat perseorangan. Goodlad (1984) point point diluar mungkin sama seperti banyak cara sekolah, masing masing mempunyai suatu suasana (atau budaya). Budaya, oleh karena itu dibuat atau melalui proses perundingan dimana individu datang dengan beberapa persetujuan tentang apa yang harus dan tak harus diprioritaskan (Donnelly 2000).

Masing masing sekolah mempunyai budaya sendiri, membentuk suasana bangunan dan pesan kuat yang terkirim untuk guru guru dan murid murid tentang apa yang penting dilingkungan tersebut. ( Pepper dan Hamilton Thomas 2002)

Jadi, budaya didalam setiap sekolah tidak pernah dapat dipandang sebagai statis atau monolitis tetapi lebih ditandai oleh pertentangan pertentangan yang tidak bisa dipisahkan dan inkonsisten, selalu dalam perubahan terus menerus, dan dimana kesenjangan bisa menjadi pengalaman antara dukungan ideal atau jiwa aspirasi pegawai (Donnelly 2000) dan kehidupan nyata murid. Di dalam pembuluh darah, tingkat hubungan kedua murid (Stoll 1999) poin poin diluar itu dinilai berpotensi untuk perselisihan antar orang dewasa dan para murid pantas dipertimbangkan. Ini menantang mereka yang mencari pemahaman bagaimana sekolah bekerja untuk menembus diluar dominasi, mengartikulasikan konsep konsep dari budaya dan untuk memahami hubungan dinamis yang ada antara sub-budaya. Dengan demikian, penting untuk mengidentifikasikan berbagai nilai nilai dan kepercayaan, bagaimana ini semua dibuat dan dipertahankan, dan tata cara dimana mereka memerankan dengan nyata dan tanpa disadari didalam organisasi. Ini terutama penting dalam riset mencari untuk menyelidiki ketegangan yang mungkin antara norma norma disekolah yang berhubungan dengan sifat mendidik, pemenuhan dan perbuatan kearah berunding yang ditingkatkan murid, implementasi hak hak anak dan demokratisasi pendidikan yang diterima disekolah.

Perbaikkan, Perubahan dan Budaya
Kesiapsiagaan untuk Keikutsertaan Murid
Perubahan budaya memberikan suatu proses yang lambat itu terlihat beralasan bahwa disana terhubung antara sehat atau teracuninya budaya sekolah, seperti yang dirasakan oleh para murid, dan berpotensi untuk hak murid dan pengaruh murid tertanam disana. (Fielding 2001) meminta pertanyaan ‘jenis organisasi budaya apa yang memungkinkan untuk perlu dikembangkan agar pengaruh murid maju dengan pesat?’ meningkatkan sekolah sekolah, menurut Jonathan (yang dikutip dari Rudduck dan Flutter 2000) struktur yang dalam melibatkan perlakuan sekolah dan kebiasaan kebiasaan mereka yang berwujud dari pemikiran dan nilai nilai. Riset dalam konsultasi murid sebagai kunci pengawas dalam proses perubahan pendidikan yang diterima disekolah terlihat kurang. Disuatu tangan, hubungan yang penting sudah ditunjukkan bagaimana konsultasi murid dapat membantu para guru dan murid mencapai budaya budaya pelajaran lebih kolaboratif disekolah sekolah (Rudduck dan Flutter 2004), sebaliknya apa yang fillan tunjukkan (1991) 15 tahun yang lalu masih membenarkan hari ini bahwa para murid pada umumnya dilihat sebagai penerima uang yang potensial dari perubahan dibanding sebagai peserta asli yang sedang dalam proses perubahan. Dengan rasa hormat, perhatian tentang konsultasi murid yang sedang digunakan sebagai penolong atau, tentu saja bukti yang berlimpah. Selagi mereka menyatakan dalam perbaikan sekolah ,melibatkan nasihat dari para murid, sebagai bagian dari beberapa proses perubahan, nilai, mereka tidak melihat hak hak anak dibawah hukum CRC. Untuk proporsi yang penting suatu sekolah, murid diberi hak untuk berbicara tentang makna pendidikan dan pengalaman pendidikan mereka bisa menyikapi tantangan yang penting. Sebagai konsekuensi, disana ada kebutuhan murid untuk merenungkan berbagai pemikiran kemana melalui, tanggapan dan perasaan dapat dirangsang, diakses, dan ditangkap.
Sampai saat ini, disana ada kekurangan pengetahuan bagaimana konsultasi dan partisipasi yang terbaik untuk didekati. Konsultasi murid sebagian besar terikat oleh interaksi lisan, melalui mekanisme mekanisme seperti survey, evaluasi, referensi, laporan dewan sekolah, diskusi, dan focus group. Tahun terakhir disana telah beberapa penelitian dan audit sekolah bahwa telah mengembangkan alat untuk orang muda untuk mewakili keseluruhan pandangan mereka, posisi dan pengalaman, dan pendekatan partisipasi, yang mengadopsi metode metode kreatif yang tergabung imajinatif dan proses yang berdaya cipta dengan orang muda, sedang didukung untuk terus meningkat. (Webber dan Mitchell 1995, Waren 2000, MacBeath 2003, Veale 2005).

Desain dan metode pembelajaran
Laporan pembelajaran disini dari riset kualitatif yang besar, proyek riset yang mendalami pengaruh murid (Mitchell 2006) hal ini terdiri atas 5 dasar contoh sekolah yang terpilih untuk mewakili tipe sekolah yang berbeda lokasi (kota, semi kota, perdesaan) dan dengan orientasi orientasi dan masukan masukan yang berbeda dengan sistim pendidikan Irlandia Utara (selektif, tidak selektif, terintegrasi, terkendali, dipertahankan) dan dari ini semua, 60 siswa, sebagian pada Key Stage 3 dan sebagian pada Key Stage 4. 3 sketsa dari 5 sekolah yang digunakan dalam artikel ini untuk menjelaskan dengan contoh cakupan dari murid yang mengalami studi yang lebih besar. Contoh laporan sekolah disini meliputi sekolah menengah (non selektif) satu sekolah yang terintegrasi dan tata bahasa sekolah (selektif). Masing masing sekolah berpartisipasi oleh persetujuan dengan kepala sekolah, yang dipilih secara acak dalam satu kelas dari tahun ke 9 (umur 12-13 tahun) dan satu dari tahun ke 11 (umur 14-15 tahun). Memastikan sejauh mungkin penyajian dari jenis kelamin, agama, dan etnisitas yang sesuai tipe sekolah, sampai 6 murid kemudian memilih secara acak dari tiap daftar kelas untuk terlibat dalam pembelajaran. Disetiap sekolah, kepala sekolah juga memberi izin untuk wawancara individu untuk mengeksplor pandangan mereka dari budaya sekolah dan tempat murid.

Suatu desain multi metode diadopsi yang terdiri atas dua langkah langkah utama:

Wawancara mendalam dengan kepala sekolah dari setiap partisipasi sekolah mengutamakan tema apa yang berarti untuk mereka yang kaitannya dengan menggunakan tujuan tujuan dan etos dari sekolah mereka dan hal hal penting dalam hubungan dengan pengaruh murid. Setiap wawancara terakhir minimal 1 jam, secara elektronik direkam dan tersusun setengah disekitar kunci yang mengikuti dimensi dimensi:

· Cerminan dari visi etos dan budaya sekolah mereka.
· Eksplorasi konsep konsep pengaruh murid dan tempat murid dengan sekolah.
· Pemikiran pada prinsip dan prakteknya, tentang penyajian murid di dewan pengurus gubernur.
· Pemikiran dalam hubungan dengan murid yang mengevaluasi kinerja guru.
Kerahasiaan dan keadaan tanpa nama diyakinkan kepada masing masing kepala sekolah dan mereka bisa bertanya karena perekaman bisa dihentikan pada beberapa titik dan untuk meminta beberapa aspek dari wawancara yang bisa dihapus jika diinginkan.

Tema dasar bekerja adalah pandangan kreatif, ‘apa yang terlihat berarti terhadap sekolahmu: jika sekolahmu ada sesuatu yang lain dari sebuah bangunan apa yang akan menjadikannya itu?’ dengan kelompok murid pada Key Stage 3 dan 4 (n=5-6) pada setiap partisipasi sekolah. Ini diikuti oleh laporan singkat individu, percakapan riset ditindak lanjuti. Oleh pengaturan dengan sekolah, masing masing kelompok murid bertemu dengan 3 peneliti berkesempatan untuk kira kira 2 periode sekolah. Bertemu satu pembelajaran yang diperkenalkan, menciptakan hubungan, diskusi terbuka dan mengizinkan para murid untuk mengkonfirmasikan mereka izin mengambil bagian (berkenaan dengan persetujuan yang telah diperoleh orangtua) melibatkan 2 pertemuan gambaran kreatif yang dibuat oleh murid. 3 pertemuan disediakan oleh waktu untuk percakapan percakapan riset tindak lanjut yang singkat, individu menindaklanjuti riset percakapan focus mereka gambaran yang tergambar dan apa ini yang ditandai mengenai pengalaman murid sekolah. Semua percakapan murid direkam secara elektronis dan para murid dijamin dalam keadaan tanpa nama dan tak ada komentar komentar atau pandangan pandangan individu yang akan diumpan balikkan kepada staff sekolah tersebut.

Menunjukkan kesenjangan budaya sekolah?
Tak bisa dipisahkan dengan pemeriksaan kwalitatif pengarang berkuasa dengan pertanyaan editorial ketika mewakili ladang kata kata. Dalam hal ini, kita telah ditantang dalam hal hal kepandaian memilih dan dipilihan, tentang apa yang termasuk dan tidak termasuk, dan tentang seberapa baik responden mewakili pandangan seperti bahasa mereka tidak sepenuhnya lengkap dan dibentuk kembali melalui penafsiran kami (Fielding 2004). Dengan demikian, 3 sketsa telah dipilih untuk perintah menjelaskan kesenjangan sekolah, mendukung demokrasi ideal sebagai ekspresi oleh kepala sekolah dan murid dalam pengalaman sekolah mereka. Sketsa sketsa kasus diperkenalkan sebagai ‘bricolage’ (Denzin dan Lincoln 2000) bahwa kepala sekolah seperti memegang buku dan gambaran murid itu menyertakan kata kata diwakili dengan cara masing masing berbicara atas nama diri mereka sendiri (Alcoff 1991) dan menjajarkan sehingga masing masing bisa ‘berbicara untuk setiap yang lain’ tentang makna apa yang sepertinya terlihat. Setiap sketsa kasus, oleh karena itu, meliputi sebuah uraian singkat konteks sekolah tersebut yang diikuti oleh suatu penjajaran laporan kepala sekolah dengan gabungan dari pandangan pandangan murid dalam partisipasi yang diikuti oleh laporan ilustrasi oleh 2 murid yang dipilih secara acak dari 9 Tahun dan 11 Tahun berturut turut.





Setiap laporan kepala sekolah sekarang ini berdasarkan dari konsep bahwa analisis tematik dalam catatan wawancara dimana mereka telah menerima sebagai konstruksi atau rekonstruksi persepsi mereka dari budaya sekolah dan tempat murid. Kutipan kutipan dan ungkapan yang signifikan dari wawancara digunakan untuk menangkap hal hal yang perlu posisi ilustrasi, nilai, dan kepercayaan membuat posisi mereka retorik.
Gambaran murid sekarang ini accompanied oleh kutipan kutipan dan kemampuan berbicara dari riset percakapan, dari persetujuan dengan murid, untuk berbagai ilustrasi murid dan persepsi budaya sekolah dan mereka ‘merasakan’ tempat mereka dengan organisasi.

Sketsa 1: Sekolah A
Konteks

Sekolah A adalah sebuah kota besar yang kebanyakan wanita (tidak selektif) sekolah dalam kawasan yang tingkat social tinggi dan pencabutan ekonomi, paling tinggi tingkat konflik dan kekerasan masyarakat diatas tahun yang baru diarah Utara Irlandia. Sekolah mengambil suatu bidang catchment relative secara sempit suatu kota dan penawaran penawaran peluang para murid untuk mempelajari GCSE dan GCE A seperti juga mengukur tingkat kualifikasi kejuruan.

Kepala sekolah A: Pandangan yang disertai
Dalam budaya sekolah dan pengaruh murid
Kepala sekolah sekolah A melihat dirinya sebagai suatu fasilitator budaya dan banyak kepercayaan yang sangat penting dalam dirinya tentang etos sekolahnya, dan peran murid ditandai dengan diikutinya konsep utama yang muncul dari catatan analisis wawancaranya.

Konsep utama: Tidak mengancam, dukungan, kepedulian, dapat dicapai, berpusat pada anak, individual, inklusif, inovatif.

Sekolah A: Representasi kepala sekolah dari budaya sekolah dan orientasi untuk murid murid

‘Visiku disini adalah bahwa setiap anak perempuan didukung, (termasuk) anak anak perempuan yang dibawah penampilannya’

‘Aku tidak berfikir aku selalu bisa memimpin suatu sekolah dimana anak anak bukan memusat pada etos…kita mencoba untuk mencocokkan kurikulum disekitar anak dibanding pengepasan anak kedalam kurikulum’

‘Hal yang paling penting adalah bahwa kita melihat sendiri…kita menaruh banyak pemikiran dalam diri kita’

‘kita mencoba untuk membuat para murid bahagia disekolah, membuat mereka merasakan, mereka menjadi bagian dari itu…para guru mempedulikan para murid…dan keluar ber mil mil’

‘Ini tentang semua hubungan hubungan…kepada aku hal yang paling penting adalah bahwa anak anak merasa mereka dapat dekat dengan staf dan mengatakan kepada mereka apa yang menjadi masalah mereka’

Kepala sekolah A merasa bahwa dia telah menciptakan ‘kepedulian budaya’ (Nias 1989) mendengarkan melalui perhatian dengan cepat dan nyata dari para murid. Dengan melihat lebih aktif meneruskan partisipasi dan membuat keputusan untuk murid, dia menunjukkan bahwa, selagi suatu mekanisme memperoleh beberapa tanggapan murid dalam kelas pembelajaran telah siap beroperasi (sebagai bagian dari ‘diri sendiri yang mengevaluasi sekolah’ kebijakan), dia merasakan bahwa batasan ini telah dijatuhkan, memberi rasa sensitive untuk beberapa staff. Para murid mempunyai suatu peran dalam dewan gubernur, dia memandang, sebagai alasan cadangan gubernur dan karena itu menjadi ‘tidak ada manfaat untuk para murid, tidak ada manfaat untuk dewan gubernur dan karena bisnis sangat membosankan’.

Menunjukkan kesenjangan: kesan kesan siswa
Dan komentar komentar naratif
Keseluruhan, dua kelompok ditahun 9 (n=6) dan tahun 11 (n=6) murid menghasilkan suatu rangkaian kesan kesan dengan berbagai cara mewakili sekolah sebagai pabrik, radio, buku, keluar masuknya pengelolaan computer dan sebuah monster. Setiap para murid, guru, dan anggota sekolah yang lain ditempatkan dengan berbagai cara dan secara simbolis. Uraian uraian murid yang naratif menunjukkan bahwa, selagi mereka dapat melihat sekolah yang relative ramah, mereka tidak perlu berbagi persepsi persepsi untuk menyertai mereka dengan kepala sekolah pada apa yang terlihat untuk menjadi prioritas dalam sekolah. Tahun 9 murid melihat kinerja dan prestasi sebagai harapan utama yang mereka tempatkan, ketika tahun 11 murid mengenali reputasi sekolah dan mendirikan hubungan dengan masyrakat local untuk menjadi prioritas utama. Dengan mengenai pengaruh murid, ada sebutan tak berarti terhadap dewan sekolah dan kemudian hanya dalam koneksi dengan berbagai hal mereka tidak bisa meminta tetapi tidak bisa mendapat –‘semua orang minta jika kita bisa memakai pantolan dimusim dingin tetapi guru tidak bisa’ (tahun 9 murid). Apa yang dimunculkan adalah sesuatu yang dirasa umum tiada keyakinan dalam pandangan mereka dengan staff karena mereka berfikir ‘kami terlalu muda, mereka tidak berfikir kami memahami apapun’ dan dengan hal untuk ebaluasi guru ‘mereka tidak berfikir ini beberapa bisnis kami’ (tahun 11 murid).

Sekolah A Tahun 9: Pabrik Marie

Aku menggambar suatu pabrik karena semua itu rapid an itu adalah perintah…semua kelas kelas adalah, seperti, semua kumpulan yang sama…kita semua masuk, seperti, berpakaian sama seperti para guru, mereka berbeda…seperti sebuah pabrik, orang orang bekerja setiap hari dan melakukan hal baru dan anda belajar berbagai hal baru disekolah setiap hari…itu didapat dua pintu karena orang orang pergi dalam setahun dan selanjutnya keluar…itu benar benar tidak membahagiakan tapi benar benar tidak menyedihkan juga. Itu adalah awal yang membosankan. Ini menyenangkan karena anda dengan teman anda tetapi itu tidak baik karena aku tidak suka sekolah. Yang penting? Didalam suatu kamar sendiri yang besar.

Sketsa 2: Sekolah B
Konteks

Sekolah B terintegrasi (11-18) pendidikan situasi sekolah dalam daerah semi perdesaan. Sebagai sekolah yang terintegrasi, ini menaruh cita cita untuk mendidik semua sebutan religius bersama anak anak. Itu sedikit lebih membuka 12 tahun yanh lalu dan sekarang ini dari suatu pendaftaran mempunyai kira kira 500 murid. Kepala sekolah yang ada ditetapkan disekolah permulaan tersebut. Itu menawarkan siswa kesempatan untuk belajar sampai tingkat GCE A.

Sekolah A Tahun 11: Sangkar burung sangita dan jaringan jalan yang rumit

Aku tidak tahu mengapa aku menaruh jaringan jalan yang rumit dan lubang hitam dibawah…aku tidak tahu…ada rute rute yang berbeda untuk mengambil…dank arena aku datang disini aku tidak rasakan bagian dari apapun…aku tidak tahu, tidak ada perasaan untuk sekolah ini, itu hanyalah sesuatu yang sangat baru dan hanya benar benar kosong, disana tidaklah terasa. Anda disini karena anda harus, hanya anda tidak benar benar ingin…aku merasa jauh. Aku tidak benar benar cocok didalam tahun pertama, anda mengerti. Aku tidak benar benar membaur didalam dengan baik tetapi isu isu itu sudah mati keluar. Meski demikian…anda selalu merasa seperti anda berada disuatu penjara, disana ada banyak pekerjaan dan anda harus melakukan semuanya dalam waktu singkat dan anda tidak benar benar mempunyai waktu untuk diri anda sendiri, dan tidak ada jalan keluar…anda termasuk semua yang kecil dan tidak bersalah dan mengalami bertahun tahun dan anda melakukan ujian yang berbeda dan anda ditinggalkan…anda tidak akan memiliki minat akan sekolah. Anda datang, anda memberikan waktu anda dan anda pergi…aku tidak benar benar mempunyai suatu ikatan dengan para guru…aku tidak benar benar…yeah, aku adalahburung kecil…jauh…sorak sorai ‘keluar biarkan aku keluar’.

Kepala sekolah B: Budaya sekolah yang disertai pandangan
pandangan dan pengaruh murid
konsep utama yang berikut (dan nilai nilai tidak bisa dipisahkan) dikenali sebagai pusat untuk kepala sekolah B didalam visi pendidikannya yang diterima disekolah dalam sector yang terintegrasi.

Konsep utama: rasa hormat, kebebasan, siswa memusat pelajaran, hubungan hubungan, kedewasaan, munculnya kekuatan siswa.

Kepala sekolah B mencerminkan itu, selagi dia bertahan mengeluarkan cita cita untuk partisipasi murid dan pengambilan keputusan didalam sekolah tersebut, dia merasakan ini hanya bisa diterapkan melalui mengembangkan suatu kesiapsiagaan budaya luar dan dalam sekolah. Sebagai contoh, selagi dia mempunyai ‘keyakinan yang penting’ untuk menjadi wakil wakil murid pengurus dewan gubernur dan papan perjanjian dengan guru, satu pengalamannya telah bekerja melawan naik turunnya kedewasaan dan konserfatif, bahwa dimana anak anak belum terlalu muda dan belum dewasa untuk mengetahui apa yang sangat mereka butuhkan dan jika mereka diminta pendapat, mereka akan memilih untuk menonton The Simpson, makan McDonalds dan berbaring. Sekolah B mempunyai suatu dewan mahasiswa didalam operasi dan seorang evaluasi murid yang sistematis, system dengan mana setiap guru harus memperhatikan pandangan pandangan pengajaran murid. Bagaimana pun, dia tetap ragu ragu seperti berapa banyak konsultasi murid yang sedang meraih karena ‘para murid tidak terorganisasi’ dan orang dewasa, termasuk dirinya, bisa dengan sadar atau tanpa disadari konsultasi murid sebagai suatu cara memperkuat kekuasaan mereka dibanding sebenarnya mendengarkan atau menanggapi.

Sekolah B: Representasi kepala sekolah dari budaya sekolah dan orientasi orientasi untuk murid

‘Kita mencoba untuk menciptakan kondisi kondisi yang memusat pelajaran untuk murid asli-menhubungkan minat dan motivasi dari para murid jadi pergi dari sana. Kami berkata ”apakah anak ini membutuhkan bantuan dalam pendidikan mereka dan bisakah kita mendapat itu dari mereka?”

‘aku menganjurkan staf untuk mengerti anak anak sebagai perorangan, sama seperti anda dan aku, jadi aku berfikir banyak pertumbuhan pertumbuhan diluar rasa hormat, rasa hormat dalam dua jalan! Kami semua berperan untuk menciptakan lingkungan pergaulan disini!

‘sekolah kami disiplin dan disana ada permintaan didalam itu untuk belajar mengambil tempat, tapi pendapat aku tentang anak anak, jika ditinggalkan kepada mereka peralatan peralatan sendiri dibanding mempunyai pelajaran yang dibebankan atas mereka, akankah ingin belajar dan disan ada suatu gerakan yang utuh untuk mendukung itu…aku harus berkompromi disini’

Menunjukkan kesenjangan kesenjangan: kesan kesan murid
Dan komentar komentar naratif
Secara keseluruhan, Tahun 9 (n=5) dan Tahun 11 (n=5) murid dari sekolah B menghasilkan satu rangkaian individu yang mewakili sekolah tersebut sebagai makanan, kapal perang, tumbuhan, planet planet, ‘rumah orang eskimo’ bangunan (Tahun 9) dan triffid, kebun binatang, anak anjing, bermacam macam toko gula dan computer (Tahun 11). Analisa pokok dari murid naratif yang berikut menunjukkan bahwa status dan etos yang terintegrasi dari sekolah tersebut penting-‘menjadi sepanjang bersama’ dirasa secara umum sebagai suatu nilai yang dibagi bersama oleh para murid dan staff yang sama. Menghormati perbedaan agama dipandang sebagai suatu yang penting-‘tidak jadi soal seperti apa jenis agamamu, anda disambut disekolah ini’ (Tahun 9 murid) – seperti sekolah menjadi “penggertak”… karena ini adalah sekolah yang terintegrasi, anda tidak bisa mempunyainya… itu harus disortir keluar segera’. Terlalu banyak prioritas, bagaimanapun, mereka merasa, ditempatkan dalam hal hal seperti seragam dan murid menjadi ‘Duta besar’ untuk diluar sekolah.

Mengenai keikutsertaan dan pengaruh, pengalaman para murid secara umum bahwa ‘kamu mendapat suatu perkataan sekolah apa’ dan ‘ide kami adalah apa yang dibuat sekolah’ meski beberapa keraguan telah berpengaruh tentang dampak keadaan dewan sekolah secara signifikan dan kepercayaan dalam beberapa kekurangan dan kemauan untuk murid mengevaluasi kelas dari sebagian guru.

Sekolah B Tahun 8: Bunga melati matahari, bulan, dan bintang

Itu adalah Mr.D, penting, matahari, dan dia sedang sambil berkata ‘aku memerintah’ dan kinda gembira ketika dia berkata itu…Warna ungu sekolah tersebut, bulan wakil penting dan bintang bintang para guru…dibawah adalah para siswa, diluar kotak itu mereka bahagia, atau itu adalah cara sekolah dan ini adalah cara sekolah yang sangat cantik. Anak perempuan berkata ‘membantu yang lain masing masing’ dan anak laki laki berkata ‘pelajaran bersama sama’ karena itulah yang mewakili kita. Jadi…salah satu dikotak itu ada yang berbeda, mereka membantah karena mereka ingin sesuatu yang berbeda. Ini seperti sebuah permainan. Mr D sedang mencoba untuk membuat sekolah menjadi tempat yang lebih baik tetapi ada anak anak tidak baik didalam sekolah tersebut mendapatkan banyak masalah dan para murid mencoba untuk membantu dengan semua perlakuan sama seperti cara sekolah oleh guru seperti siapa yang tidak baik akan saya tunjukkan bahwa begitulah caranya kita diperlakukan dan itu idealnya seperti kepala yang berkata. Suatu saat aku akan melakukan sesuatu buruk hanya karena kita keluar untuk mendapatkan masalah didalam.

Sketsa 3: Sekolah C
Konteks
Sekolah C adalah suatu sekolah berpendidikan tata bahasa (selektif) berlokasi didaerah pinggiran pedesaan dari suatu kota besar. Itu mengambil dari suatu daerah tangkapan yang sangat luas, tapi sebagian besar terdiri dari masyarakat yang mengutamakan agama. Didaeah itu mempunyai suatu profil olahraga dan akademis yang berkedudukan kuat dan profil sukses berkonsisten tinggi menilai tingkatan keduanya GCSE dan GCEA.

Kepala sekolah C: Pandangan pandangan yang disertai
Dengan budaya sekolah dan pengaruh murid
Kepala sekolah C mengenali konsep utama dan pernyataan pernyataan sebagai visi utamanya dan filsafat yang diterima disekolah.

Konsep utama: sekolah sebagai komunitas, aktif, menjemput pelajaran, kepedulian pendeta, disiplin.

Kepala sekolah C mengenali sekolahnya seperti memberi dorongan partisipasi murid dan membuat keputusan dalam sejumlah cara. Pertama dia mengenali dewan sekolah tersebut, yang dia duduki, sebagai yang utama, dimana persoalan dianggap sebagai prioritas kepada para murid untuk membahas tugas rumah, kotoran, lingkungan sekolah tersebut dan seterusnya-‘Aku berfikir aku melakukan ini berarti mereka berfikir “hey, itu harus penting!” juga para murid sudah sepantasnya untuk terus meningkatkan keterlibatan ketika menetapkan para guru baru; pelamar harus mengajar suatu kelas yang terpilih dan yang terpenting kemudian pandangan murid mereka (‘sekarang, apa yang kau fikirkan?’) setelah itu diumpan balikkan kepada dewan gubernur. Mengenai para murid yang sedang diwakili di dewan gubernur; dia tidak mempertimbangkan opsi seperti itu ‘karena ini bukan hal yang dilaksanakan’ meski dia merasakan prinsipnya menghubungkan dengan semacam keterbukaan bahwa dia melihat sebagai perkembangan di sekolah.

Sekolah B Tahun 11: Toko gula gula Calvin

Aku mempunyai gula gula, cokelat, crispy dan jelly ular! Ini bukanlah suatu khayalan; ini adalah benar benar bagaiman…para siswa semuanya diamankan didalam kantung kantung…yeah, dan gula gula-apa yang anda sebutkan ini?-suatu kiasan untuk para guru. Kami mengamankan dalam bentuk yang berbeda beda dan ukuran ukuran yang berbeda ruangan dengan bermacam macam hal yang berbeda dan para murid sedang melepaskan dari kantung. Itu, disana, para murid mengambil alih, seperti ketika ada pergantian guru didalam. Bisa jadi ini tempat yang menyenangkan tetapi aku berfikir semua benar benar bagian muka. Itu disangka terlihat manis baik tetapi benar benar tidak. Itu seperti jika anda berada diluar sekolah, itu seperti apa yang terlihat jika anda berada didalamnya, itu terlihat berbeda, seperti palsu!

Sekolah C: representasi kepala sekolah dari budaya sekolah dan orientasi untuk murid

‘Misi kami adalah “Belajar, Mempedulikan, Bersiap siap menghadapi hidup”; Aku mempromosikan suatu masyarakat yang nyaman dengan diri sendiri, memilih untuk belajar; kami mencoba mendapatkan mereka untuk belajar, melalui pelajar pelajar yang aktif, mengundang pelajaran’

‘Ini adalah suatu sekolah yang sangat menyenangkan…kita menciptakan suatu lingkungan yang bersifat melindungi disini, tetapi tidak dilindung…hampir tidak nyata dimana mereka mengenakan suatu seragam dan mereka kelihatan seperti tuan tuan dan nyonya nyonya kecil’

‘apa yang kita punya disini adalah cara dunia seharusnya…aku menyiapkan gagasan untuk mengundang dan gagasan pemasangan yang aman dan gagasan dimana anda tidak menjatuhkan sampah…anda melindungi diri anda sendiri dan anda melindung teman anda dan seterusnya, anda adalah bagian dari masyarakat; kemudian mereka bisa kebal dari bahan luar dan dalam dunia dan bahwa media media kerugian mereka sepanjang waktu’

‘para murid akan mengetahua jika anda mempedulikan secara sederahana, seperti bagaimana anda meminta mereka untuk mengambil buku mereka diluar, kemudian anda harus mempedulikan mereka juga dalam mengeluarkan yang lebih besar’


Menunjukkan kesenjangan: Kesan kesan murid
Dan komentar komentar naratif
Secara keseluruhan, Tahun 9 (n=6) dan Tahun 11 (n=6) murid dari sekolah C menghasilkan suatu rangkaian menggambar tersendiri, metafora sekolah yang mewakili seperti tumbuh tumbuhan, taman hiburan, jalan raya, monyet, singa, kura kura, penjara, dunia lain, neraka, pengolah keluaran dan masukan, ban berjalan pembawa barang, dll. Timbul dari mereka yang naratif, para murid jelas mengatakan bahwa, meski berartinya diri mereka sendiri untuk sekolah tersebut, mereka merasakannya berdasar ‘adalah kami, tetapi bukan pendapat kami’. Para murid yang lebih muda merasakan ada suatu perasaan dorongan tetapi juga tekanan untuk mengembangkan akademis. Para murid yang lebih tua merasakan tekanan dari test dan ujian tetapi melihat reputasi sekolah sebagai prioritas utama. Mereka mengenali suatu kendali yang ketat disekeliling hal ini seperti ‘jika dia (terutama) merasakan bahwa reputasi sekolah sedang dirusakkan-reputasinya sedang dirusakkan’ dengan hasil ‘dia harus memiliki kendali total’. Cocok dan standard dilihat ketika syarat dijalankan, apa yang terlihat berarti ‘segala sesuatunya orang lain akan memperhatikan-hasil ujian, mereka menempatkan daftar liga di Inggris, hasil hasil olahraga, seragam!’ (Tahun 11 murid). Satu tahun 9 murid menjumlahkan seperti ‘keutamaan itu tidak benar benar mempunyai kepercayaan dikami’. Murid bersebrangan, ada suatu perasaan yang kuat bahwa dewan sekolah sangat tidak mencapai dan perhatian yang diberikan tidak cukup.

Pengaruh murid: retorik dan kenyataan
Pola pola utama timbul dari sketsa sketsa ini, dan didukung oleh studi riset yang lebih luas (Mitchell 2006), menyatakan bahwa: (i) kepala sekolah mungkin tidak bisa melihat bahwa ada kesenjangan antara etos yang diharapkan dari partisipasi murid dan apa yang sebenarnya tetap pada tuntutan pengalaman murid; (ii) kesebrang sekolah sekolah disana ada beragam tingkat derajat dari pertentangan antara retorik dan keadaan yang sebenarnya; dan (iii) menggunakan pendekatan berbasis gambaran sederhana memudahkan para murid dalam menyatakan dengan aman pengalaman pengalaman pendidikan yang diterima disekolah, dengan tidak mengindahkan usia, kemampuan, jenis kelamin dan etnis. Tanpa pertimbangan untuk imajinasi dan khayalana, banyak murid didalam studi ini, menandai mereka ingin terlalu tidak kuat atau tidak yakin tentang bagaimana caranya ‘kebenaran mereka berbicara’.

Para murid cendrung untuk melihat dunia sekolah dengan cara yang berbeda terhadap orang dewasa yang melihat itu, sekalipun mereka mengenali isu isu serupa sebagai hal tertentu yang utama, tetap mereka akan memiliki pemahaman pemahaman yang berbeda sifat dan makna mereka. (Fielding 2004)

Melalui kata kata dan kesan kesan dari berbagai responden, masing masing dari 3 sekolah dalam studi komunikasi sendiri ‘budaya ditempat yang unik’. Itu jelas bahwa masing masing kepala sekolah, sebagai pemimpin budaya, telah mempunyai peluang untuk membuat dan mendukung merasakan keterangan budaya ditempat sendiri. Bagaimana pun, ini juga jelas, dari sudut pandang banyak sekali yang diambil oleh para murid dan menyatakan melalui kesan kesan mereka yang metafora, bahwa budaya yang dinyatakan dan dialami oleh kepala sekolah adalah sungguh berbeda untuk diterima dan dialami oleh para murid. Meski ada suatu bahaya dari kesibukkan dengan kesediaannya untuk menyamaratakan dan merealisasikan pola pola dari suatu batasan menjaring penglaman murid dan contoh suatu batasan semua kepala sekolah laki laki, meskipun demikian, saat didalam pembatasan pembatasan data, ada ketegangan ketegangan yang diidentifikasi dan perbedaan perbedaan itu ‘berbicara’ didalam dan keseberang 3 sekolah sekolah antara yang disertai etos dan pengalaman pengalaman nyata dari para murid, keduanya secara individu dan bersama. Untuk meringkas:

Disekolah A, ketegangan diidentifikasi antara etos yang disertai sebagai suatu budaya dari kepedulian dan pengalaman para murid dari suatu lingkungan yang secara relative ramah, tetapi salah satu dari mereka tidak merasakan keterangan keanggotaan atau ‘tambahan etos dari dalam’ (Donnelly 2000) dan dimana pengaruh murid merasa hanya sebagai sedikit memudahkan.

Disekolah B, etos yang disertai adalah satu kerjasama dan saling menghormati mengenai bagaimana kekuasaan yang berbeda bisa mengurangi pembelaan orang dewasa dan peningkatan paksaan murid. Disini, para murid umumnya memandang tempat budaya sebagai satu dukungan yang asli dan kerjasama dan dimana para murid merasakan mereka mengatakan hal hal yang relative berarti. Ekspresi ketegangan utama oleh para murid adalah tekanan tekanan untuk mengatur kesan dari ‘integrasi’ kepada dunia luar dan untuk menangani perbandingan kebudayaan didalam tubuh murid itu sendiri.

Disekolah C, bersifat melindungi, mungkin system kemasyarakatan yang menentukan ayah sebagai kepala keluarga adalah gambaran terbaik sebagai budaya yang ramah yang disertai dengan kepala sekolah-satu dimana murid didorong untuk mendewasakan secara akademis, social, dan moral melalui undangan untuk menjadi refleksi diri sendiri. Semua murid, bagaimana pun, menyatakan suatu kesenjangan yang penting antara cita cita dan merasa pengalaman mereka pada dasar suatu hirarki yang kaku dimana mengukur kendali, pengawasan dan harapan harapan akademis yang tinggi dan kepercayaan didalam pengaruh murid adalah sepele.

Sebagai konsekuensi, meskipun maksudnya baik dan usaha asli ini dengan kepala sekolah untuk memudahkan budaya budaya yang sesuai dari pendidikan yang diterima disekolah dimana para murid akan berpartisipasi dan disusun melalui suatu peningkatan yang digunakan dari struktur dan proses informal dan formal, para murid disetiap sekolah, dengan tak mengindahkan usia, tingkat derajat yang beda dirasakan dari memberi hak suara. Mungkin isu tunggal yang paling besar muncul berseberangan dengan 3 sekolah sekolah didalam studi ini adalah tingkat derajat yang berbeda dari dasar kepercayaan antara staf dan para murid dan bagaimana menjelaskan perasaan para murid. Jadi, para murid disekolah A dan C menunjukkan kesenjangan yang lebih besar antara retorik dan kenyataan pengalaman mereka dibanding rekan pendamping mereka disekolah B. Lalu, memberi pengaruh murid dalam bagaimana mereka bisa berkontribusi untuk prioritas pendidikan dan menyikapi tantangan tantangan dan ketegangan yang masih tersisa disekolah ini, sekalipun hanya dalam tingkat derajat yang berbeda, antara retorik dari pengaruh siswa dan masing masing sekolah memiliki tingkatan yang sebenarnya dalam keterlibatan murid.

Hal ini menguatkan kecurigaan itu, selagi aspirasi siap berlimpah disekolah sekitar kebutuhan akan nilai dan konsultasi murid, dan meski kepala sekolah dan mereka para gubernur mungkin mengalami kesulitan khayalan bahwa mereka mempunyai tempat budaya dan proses yang berguna untuk mendengarkan para murid, pengalaman murid, pada efeknya, menjadi radikal yang berbeda.


Diskusi: pencarian dalam suatu permintaan yang baru dari pengalaman murid?

Decade decade panggilan untuk perubahan bidang pendidikan tidak berhasil dalam membuat tempat sekolah dimana semua orang muda ingin dan mampu untuk belajar, ini adalah waktunya untuk mengundang murid bergabung membicarakan tentang bagaimana kita dapat memenuhi itu. (Cook-Sather 2002)

Umumnya ini dikenali selagi CRC, sebagai suatu standar internasional yang dikenal, mengesahkan partisispasi murid, ‘…kita perlu berhati hati tentang menyamakan keberadaan dari CRC dengan perwujudan hak hak ini’ (Osler dan Starkey 2005). Meskipun demikian, ketika kita mencoba untuk ‘mengukir suatu pesanan baru dari pengalaman’ dalam pendidikan (Rudduck dan Flutter 2004) bahwa menganut semangat kedua duanya dan latihan dari artikel 12 CRC, kita harus mengenali bahwa meraih hal ini akan merupakan suatu kompleks dan perlu menantang pengalaman. Akan melibatkan kebudayaan sekolah dan kelas, orang dewasa dan para murid, untuk proses ini melibatkan transformasi apa yang ada disekolah sekolah dengan mengembangkan nilai nilai baru, kepercayaan kepercayaan, norma norma, dan membangun konsep konsep dan latihan latihan baru bahwa mengabadikan konsultasi murid pada hatinya. Sepanjang setiap sekolah dalam konteksnya yang berbeda dan titik awal untuk banyak pergerakan dalam partisipasi demokrasi yang lebih besar dengan kejelasan yang rendah, perubahan yang serius tidak akan menjadi cepat dan transgresif tapi lebih mungkin sporadis dan melempem dan dimana disana ada suatu kebutuhan untuk ‘mendirikan kebudayaan’ (Nias 1989) termasuk perubahan bentuk budaya budaya guru dan budaya budaya masyarakat seperti juga budaya budaya murid yang perlu pergeseran (Stoll 1999). Ini adalah permintaan yang berlebihan bagi kebanyakan kepala sekolah dalam kaitannya dengan menggunakan istilah yang perlu visi, refleksifitas, komitmen, waktu, energi, keahlian dan fleksibilitas bahwa mereka akan perlu untuk mengumpulkan dan mendukung gagasan gagasan tradisional yang berotoritas jika subbudaya yang ada disekolah sekolah adalah untuk dimudahkan , untuk menyempurnakan yang asli, proses proses dari perubahan konsensual berpusat pada partisipasi dan konsultasi murid. Yang penting suatu proses demokrasi dan seperti dikatakan Klein (2003) bahwa demokrasi tidak mudah.

Terus meningkat, ada contoh contoh yang tersedia dari sekolah sekolah di UK, Australia, Amerika Utara dan ditempat lain (Mitra 2001, Cook-Sather 2002, Arnot 2004) yang sedang mempertunjukkan latihan baik secara sistematis dalam menyertakan para murid didalam kepemimpinan yang dibagi bersama melalui dewan dewan sekolah, evaluasi yang sebanding, latihan yang sebanding. Mengajar privat dari murid ke murid dan peluang kewarganegaraan. Meskipun demikian, tidak ada prototype sederhana untuk mengikutinya. Tidak ada ‘satu ukuran sesuai dengan semua’ ketika budaya itu datang dan mengembangkan struktur struktur dan proses yang sungguh demokratis untuk keterlibatan murid. Banyak contoh contohnya dari kilauan laporan yang sukses dalam literature yang telah didukung pengembangan mereka oleh yang diluar seperti pendidikan yang lebih tinggi, otoritas pendidikan local, atau jaringan nasional yang sudah dengan berbagai cara mendorong dan menahan ruang memantulkan cahaya terbuka bahwa membantu mendorong batasan batasan dari pengaruh murid yang bekerja (sebagai contoh, lihat Veuglers dan O’Hair 2005) banyak sekolah sekolah, bagaimanapun mempunyai ‘awal diri sendiri’ dan, untuk kebanyakan kepala sekolah, kebudayaan ini adalah pribadi dan profesi yang menantang.

Tidak selalu mudah bagi mereka didalam posisi berkuasa, bagaimanapun transformasi visi mereka, untuk membersihkan disekitar mana untuk memulai dan kondisi kondisi apa yang penting untuk membangun transformasi latihan murid. Lebih dari itu, ketika pembelajaran ini menunjukkan, kepala sekolah boleh mengasumsikan mereka telah batal dalam awal rintangan dan banyak jalur lebih lanjut menciptakan partisipasi budaya dibanding mereka yang sebenarnya. Ciptaan yang prematur dari mekanisme dan struktur (dewan sekolah) dapat dengan mudah menggelapkan jurang kepercayaan antara para murid dan staf yang benar benar ada. Cara yang ditemukan dengan mana staf dan para murid dapat mengembangkan kepercayaan asli dan bekerjasama dengan aman kearah nilai nilai klarisifikasi yang lebih besar dan berbagi pengertian sifat dasar dari banyaknya prioritas sekolah yang penting tetapi menguji tempat awal pemberangkatan didalam setiap proses dari kebudayaan. Dua langkah penting untuk membangun budaya budaya baru dari pendidikan yang diterima disekolah adalah:

Kebutuhan kepala sekolah untuk mengambil atau menawarkan dukungan dengan didalamnya ada peluang yang dibangun untuk mencerminkan diri sendiri dan memeriksa diri sendiri ketika mereka terlibat dalam pengembangan partisipasi budaya. Dalam banyak kejadian, kepala sekolah akan bermanfaat bagi yang berkelanjutan, mendukung peluang untuk menantang mereka sendiri yang retorik, mencerminkan dalam kekuasaan yang diferensial yang ada dan untuk menembus kedasar yang lebih dalam untuk meninjau kekuatan kekuatan dan struktur struktur (berisikan prioritas prioritas yang nyata, yang tak terkatakan, sikap sikap dan visi visi dimana individu menjaga secara pribadi) bahwa mempengaruhi kenyataan rezim rezim sekolah mereka. Ini akan meratakan cara untuk lebih mengkandaskan rencana dan proses proses persatuan dari proses perikatan murid yang asli.
Ciptaan yang tepat dan ruang imajinatif untuk menjelajah kesenjangan antara yang retorik dan kenyataan pengalaman murid dan staff. Peluang yang mengancam perlu dirancang dan semakin dikembangkan dimana staff dan para murid dapat mengidentifikasi dan berbagai pandangan pandangan mereka untuk bekerja sama kearah yang lebih memahami tentang prioritas prioritas sekolah, meski kepala sekolah dan staff manajemen akan mementingkan momentum dan langsung dari proses ini, akan ada manfaat mutu tinggi untuk pekerja, secara hati hati memilih pemberian kemudahan eksternal pada pagi hari untuk memastikan kreasi ‘ruang aman’ untuk menjelajah dan diskusi oleh kedua belah pihak.

Laporan riset dalam artikel ini, sekalipun skala kecil, berarti menyediakan bagi mereka, yang ingin mengikuti semangat seperti juga surat dari CRC, untuk memperkenalkan sesuatu yang teratur dan gigih didalam proses sekolah sekolah asli mereka dari perjanjian. Termasuk perlu suatu langkah pendekatan yang lebih luas kepada pengaruh murid yang menggunakan gambaran dasar dan kreatif bahwa melengkapi pendekatan yang lebih tradisional-tidak hanya untuk para murid tetapi juga untuk staff melalui pengembangan ‘mendengarkan budaya’ dimana semua para pihak melibatkan secara bersama untuk menjelajah dan berbagi persepsi dan prioritas apa yang terlihat berarti disekolah sekolah. Aktifitas seperti itu mungkin akan mengenalkan kesenjangan antara ideal dan persepsi actual dan pengalaman nyata yang berbeda dan, yang paling baik, mempromosikan wujud wujud dari demokrasi disekolah sekolah dan kelas kelas meluruskan lebih teliti untuk minat pendidikan murid, para guru dan mereka semua yang berkontribusi untuk mengembangkan sesuatu yang lebih dan lembaga yang wajar.

Catatan

Kita mengakui adanya bahwa demokrasi adalah mungkin untuk memiliki maksud yang berbeda didalam budaya budaya nasional yang berbeda.
Pendidikan di Irlandia Utara sangat terpencilkan, dengan 95 persen dari para murid yang hadir dari manapun dipertahankan (Katolik) sekolah atau suatu sekolah yang dikendalikan (kebanyakan Protestan), kedua duanya secara efektif dibiayai oleh Negara. Integritas pendidikan di Irlandia Utara adalah suatu usaha untuk mendamaikan anak anak, orangtua dan para guru dari tradisi kedua duanya Katolik Roma dan Protestan, itu bertujuan untuk memberikan para murid suatu pendidikan membiarkan peluang itu untuk dipahami dan dihormati semua latarbelakang agama dan budaya.

0 komentar:

Powered By Blogger

Apakah artikel saya memuaskan?